Arsip Blog

Senin, 29 April 2024

 Perjamuan Khong Guan:

Joko Pinurbo

Di kaleng khong guan
hidup yang keras dan getir
terasa renyah seperti rengginang.

Berkerudungkan langit biru,
ibu yang hatinya kokoh membelah
dan memotong-motong bulan
dan memberikannya
kepada anak-anaknya yang ngowoh.

Anak-anak gelisah
sebab ayah mereka
tak kunjung pulang.
”Ayahmu dipinjam negara.
Entah kapan akan dikembalikan,” si ibu menjelaskan.

Lalu mereka selfi di depan
meja makan: ”Mari kita berbahagia.”

Si ayah ternyata
sedang ngumpet di belakang,
menghabiskan remukan rengginang.

(Jokpin, 2019).

Jumat, 19 April 2024

Cahaya Bulan:

Soe Hok Gie


Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa

Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui

Apakah kau masih selembut dahulu? 

Memintaku minum susu dan tidur yang lelap

Sambil membenarkan letak leher kemejaku


Kabut tipis pun turun pelan-pelan di Lembah Kasih

Lembah Mandalawangi

Kau dan aku tegak berdiri

Melihat hutan-hutan yang menjadi suram

Meresapi belaian angin yang menjadi dingin


Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu

Ketika kudekap

Kau dekaplah lebih mesra

Lebih dekat


Apakah kau masih akan berkata

Kudengar detak jantungmu

Kita begitu berbeda dalam semua

Kecuali dalam cinta


Cahaya bulan menusukku

Dengan ribuan pertanyaan

Yang takkan pernah kutahu dimana jawaban itu

Bagai letusan berapi

Membangunkanku dari mimpi

Sudah waktunya berdiri

Mencari jawaban kegelisahan hati

Selasa, 09 April 2024

 HILAL

Karya: Larung


Rembulan itu sedang menyulam ayat-ayat di barisan langit
Sedang tanah masih saja meresahkan waktu

Tiba-tiba angin datang dengan kalimat sakral

dan kita telah bermandi cahaya. 


Surabaya,
09-04-2024

Minggu, 07 April 2024

Oleh : Ruta, di Bumi

Wahai dzat pemilik nyawaku
Gelora apa yang menghujam jantungku? 
Pada setiap rintikan hujan
Rinduku mengalir disetiap helaian

Tak pandai aku bersyukur
Tak pandai aku bertasbih
Ya Allah.. izinkan aku mendekatkan diri
Wahai Nabi terkasih, telah habis 
harapku selain pada dirimu.