SENJA DI TIDORE
Oleh : Burhanuddin Jamal
di tidore kekasih, ketika matahari layu sore
cahaya menyerbuk di antara posi-posi
aku renung sebagai merah para taman
bisu gaib dan sunyi.
di merahnya para leng kali leng jeda
menuju rumah anak-anak bersama gairah
dan aroma keringat dari tempurung kelapa
bola kaki yang mengembang
dari setiap basah keringat.
“di tidore kekasih, adakah kau tahu?
mengalir cintaku tanpa bunyi
padamu tenang dan dalam.”
ketika bunyi-bunyi biola memenangkan
lalu melambai kepada senja
dan baikole di pucuk- pucuk ranting
bersiap-siap masuk ke rumah
di tengah laut para abah
sedang berperang ke pintu dermaga.
“kekasih rumah kami di pesisir
berdinding papan beratap dedaunan
dan dapur selalu menguapkan aroma bubara
mampirlah bila ada waktu
kisah kami berkeluarga popeda
sering menjamu para tetamu.”
saat matahari hampir mengurung
dan rembulan bercahaya di permukaan
di sini, di langit yang pulang
terdengar ibu dengan bibirnya
memarahi anaknya yang tak bosan
bermain-main pantai.
di sini kekasih, selalu para lelaki
mendongeng tentang mantra-mantra
sinar dan mata kail baik tembakau
warnai secangkir kopi di atas semang.
“tapi kasihku,
aku terperangkap tetang kita”
di antara hening daun ketapang tua
yang berguling lepas dari rantingnya
senja merayap perlahan ke malam
dan aku hanya bisa memeluk
mengawasimu setiap ayat bertuan enam
saat berlawan ombak
menghantam karang
sembari menunggu mangku kutukan
menerkam dan menelanmu.
“di senja tidore kasihku,
adakah kau tahu?
mengalir cintaku padamu suci
tak harus memeluk kotor”
Tidore, 10 Juli 2023.