Arsip Blog

Minggu, 12 November 2023

SENJA DI TIDORE

Oleh : Burhanuddin Jamal


di tidore kekasih, ketika matahari layu sore


cahaya menyerbuk di antara posi-posi

aku renung sebagai merah para taman

bisu gaib dan sunyi.


di merahnya para leng kali leng jeda

menuju rumah anak-anak bersama gairah

dan aroma keringat dari tempurung kelapa 

bola kaki yang mengembang

dari setiap basah keringat.


“di tidore kekasih, adakah kau tahu?

mengalir cintaku tanpa bunyi

padamu tenang dan dalam.”


ketika bunyi-bunyi biola memenangkan

lalu melambai kepada senja

dan baikole di pucuk- pucuk ranting

bersiap-siap masuk ke rumah

di tengah laut  para abah

sedang berperang ke pintu dermaga.


“kekasih rumah kami di pesisir

berdinding papan beratap dedaunan

dan dapur selalu menguapkan aroma bubara

mampirlah bila ada waktu

kisah kami berkeluarga popeda

sering menjamu para tetamu.”


saat matahari hampir mengurung 

dan rembulan bercahaya di permukaan 

di sini, di langit yang pulang

terdengar ibu dengan bibirnya

memarahi anaknya yang tak bosan

bermain-main pantai.


di sini kekasih, selalu para lelaki 

mendongeng  tentang mantra-mantra

sinar dan mata kail baik tembakau

warnai secangkir kopi di atas semang.


“tapi kasihku, 

aku terperangkap tetang kita”


di antara hening daun ketapang tua

yang berguling lepas dari rantingnya

senja merayap perlahan ke malam 

dan  aku hanya bisa memeluk

mengawasimu setiap ayat bertuan enam

saat berlawan ombak

menghantam karang

sembari menunggu mangku kutukan

menerkam dan menelanmu.


“di senja tidore kasihku, 

adakah kau tahu?

mengalir cintaku padamu suci

tak harus memeluk kotor”


Tidore, 10 Juli 2023.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar