Arsip Blog

Senin, 19 Mei 2025

Rahasia Tuhan

Oleh: Ruta, di Bumi


Pernah kah do'a mu sampai rumah ku? mengetuk pintu dan menemui sudut kamar ku? 

Pernahkah kah do'a mu bertemu dengan do'a ku? dipersimpangan jalan takdir yang siapapun tidak tahu dimana itu. 


Kamis, 11 Juli 2024

 Oleh: Ruta, di Bumi


Degup hati saling beradu

Kian memuai, dan telah melahirkan sebuah rindu. 

Harapanku itu satu: temu. 

Entah kapan, akupun juga belum tahu..

Senin, 20 Mei 2024

Oleh : Ruta, di Bumi

Soal rindu, aku tak mau kalah

Kita memang berjauhan

Menyampaikan salam lewat angin,

dan berbagi cerita melalui pesan.


Soal rindu, kamu itu gak sendiri

Aku disini selalu merindu

Berdo'a disetiap waktu,

dan berharap kita segera bertemu.

Senin, 29 April 2024

 Perjamuan Khong Guan:

Joko Pinurbo

Di kaleng khong guan
hidup yang keras dan getir
terasa renyah seperti rengginang.

Berkerudungkan langit biru,
ibu yang hatinya kokoh membelah
dan memotong-motong bulan
dan memberikannya
kepada anak-anaknya yang ngowoh.

Anak-anak gelisah
sebab ayah mereka
tak kunjung pulang.
”Ayahmu dipinjam negara.
Entah kapan akan dikembalikan,” si ibu menjelaskan.

Lalu mereka selfi di depan
meja makan: ”Mari kita berbahagia.”

Si ayah ternyata
sedang ngumpet di belakang,
menghabiskan remukan rengginang.

(Jokpin, 2019).

Jumat, 19 April 2024

Cahaya Bulan:

Soe Hok Gie


Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa

Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui

Apakah kau masih selembut dahulu? 

Memintaku minum susu dan tidur yang lelap

Sambil membenarkan letak leher kemejaku


Kabut tipis pun turun pelan-pelan di Lembah Kasih

Lembah Mandalawangi

Kau dan aku tegak berdiri

Melihat hutan-hutan yang menjadi suram

Meresapi belaian angin yang menjadi dingin


Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu

Ketika kudekap

Kau dekaplah lebih mesra

Lebih dekat


Apakah kau masih akan berkata

Kudengar detak jantungmu

Kita begitu berbeda dalam semua

Kecuali dalam cinta


Cahaya bulan menusukku

Dengan ribuan pertanyaan

Yang takkan pernah kutahu dimana jawaban itu

Bagai letusan berapi

Membangunkanku dari mimpi

Sudah waktunya berdiri

Mencari jawaban kegelisahan hati

Selasa, 09 April 2024

 HILAL

Karya: Larung


Rembulan itu sedang menyulam ayat-ayat di barisan langit
Sedang tanah masih saja meresahkan waktu

Tiba-tiba angin datang dengan kalimat sakral

dan kita telah bermandi cahaya. 


Surabaya,
09-04-2024

Minggu, 07 April 2024

Oleh : Ruta, di Bumi

Wahai dzat pemilik nyawaku
Gelora apa yang menghujam jantungku? 
Pada setiap rintikan hujan
Rinduku mengalir disetiap helaian

Tak pandai aku bersyukur
Tak pandai aku bertasbih
Ya Allah.. izinkan aku mendekatkan diri
Wahai Nabi terkasih, telah habis 
harapku selain pada dirimu. 
 


Kamis, 28 Maret 2024

 Oleh: Ruta, di Bumi


Bila nanti nafasku tak lagi kau dengar

Bila nanti mataku tak lagi terbuka

Bila nanti tubuhku tak lagi bergerak

Sudikah kau disisi ku? 


Menuntunku tuk bicara. 

Cukup dua kalimat syahadat

Diakhiri kata, "Aku mencintai mu"

Walau semesta menginginkanku 


Sudikah kau disisi ku?

Minggu, 24 Maret 2024

 Oleh: Ruta, di Bumi


Riuhnya malam ini
Kasih, kamu dengar mereka?
Rintikan hujan membasahi dahan
Malam ini hujan.

Hujan itu rahmat
Bertemu denganmu pun kasih-Nya
Mengenal mu pun kasih-Nya
Apakah lara dan cinta pun kasih-Nya?

Malam ini sedikit dingin
Jemari ku menggila tinta
Pikiran ku terkurung cinta
Aku ini sakit.

Sepoi angin ini berbisik mesra
Apakah salam ku telah sampai?
Pada setiap nafas udara yang kau hirup
Berharap salam ku ini t'lah sampai.


Sabtu, 23 Maret 2024

Oleh: Ruta, di Bumi


Waktu itu terus berbicara, tapi aku selalu tak paham. 

Tentang pertanyaan yang terus menerus datang, 

Tentang pilihan mu yang sekarang, 

Tentang segala hal yang ada disana


Aku selalu menatapnya

Mengira dan terus menjawabnya

Ternyata masih dalam samudera mu itu, ya? 

Tak cukup seharian untuk menebaknya

Butuh berpuluh ribu disetiap waktu aku meliriknya

Berharap jam ini mengatakan yang sesungguhnya

 Oleh: Ruta, di Bumi


Aku bisa menjadikanmu, kekasih

Tetapi aku juga bisa menjadi lara mu. 

Begitu ucap mu, 

Sebelum kayu itu direnggut api yang menjadikannya abu. 


Pada dahan yang telah basah dihujani air mata

Aku bersaksi dibawah langit, dan tentu kakiku masih menapakki tanah basahnya. 

Bahwa Aku, "Perempuan yang akan selalu mencintaimu sepanjang waktu".

Hanya pada ilahi kekalahanku


Bawalah aku pada ombak dilaut

Dimana kita berdua akan berada disebuah perahu kayu

"Biru, membiru, semakin biru". Kau siap, sayang? tenggelam bersamaku.

 Maka itu, jadikan aku kekasih akhir hayat mu, sayangku. 

 Oleh: Ruta, di Bumi


Malam ini sangat melankolis
Jalan kota ini sedang terlihat sendu
Semua orang di busway seakan sudah tau
Jika aku dan kamu tak lagi bertemu

Dari kaca terlihat langit mulai menangis
Membasahi bumi dengan rintik air mata
Apa karna kita tak lagi bersama?
Apa karna kita takkan bersama?


Oleh: Ruta, di Bumi

Pergi adalah kata yang tak pernah ikhlas kita pahami.