Arsip Blog

Sabtu, 09 September 2023

 Cinta Pertama

Oleh : Ruta, di Bumi


Oh.. kasih ku

Tidak kasihankah dirimu padaku? 

Pesona mu yang memikat

Jiwaku pun ikut terjerat


Jahatnya engkau memenjara hatiku

Hingga aku takut kehilangan dirimu

Cokelat matamu dan pipi mu yang semu

Membuat ku ingin menjadi pendamping hidup mu


Oh, kasih.. cinta pertama ku

Tatapan ku seperti sihir

Apabila engkau melihat ku, cinta akan setuju

Tanpa sihir pun sejujurnya aku tak perlu


Bibirku akan terus berisik

Memanjat do'a untuk setiap langkah yang kau pijak

Bila kau terjatuh, aku didalamnya

Tidak apa terjebak, karena ada aku bersamamu

Kerinduan

Oleh : Ruta, di Bumi


Hati ini rindu di setiap detiknya

Hati ini rindu di setiap menitnya

Hati ini rindu di setiap jamnya

Apa yang bisa aku beri? tidak ada


Bibirku terus melantur

Mataku terus menyalak

Jiwaku terus terluka

Batinku terus berdoa


Apa yang bisa aku beri? tidak ada

Apa yang bisa ku sampaikan? hanya doa

Aku tidak bisa memberi, tapi doa ku sekuat memberi

Surga selalu ku minta agar kelak kita bisa bersama

 Tuan Perantau 

Oleh : Ruta, di Bumi


Berkaos hitam, bercelana coklat panjang
Tas jinjing sudah lusuh hasil dari jual keringat dan darah
Bersepatu hitam seperti abu yang telah dimakan waktu
Itu.. Tuan, si perantau.. 
Jauh-jauh dari mata memandang, dan ia berhasil pulang


 Aroma Rindu

Oleh : Ruta, di Bumi


Aku berjalan dimanapun

Aku berdiri dimanapun

Aku duduk dimanapun

Perpaduan antara rindu dan aroma


Kekosongan dengan ruang

Menyempit dan semakin sempit

Menyatu dengan alasan aku hidup

Bercampur oksigen dan waktu


Apa kau menguntitku? 

Aku tak tau, aku tau

Memang ini nyata

Aroma wangian mu

 Oleh : Ruta, di Bumi

T'lah aku pahami
Delusi ku ini semakin menjadi
Kehadiran mu seperti distraksi
Dalih bersamaku agar tak sepi
Jelas, itu kamu

Secangkir kopi di samping senja

Oleh : Rintik Sedu


Ada bidadari yang tersesat di bumi 

Kutanya siapa namanya, lalu ia Jawab "Senjani". Tuhan, bisakah kau ubah ia jadi manusia? 

Supaya aku mampu mencintainya, supaya ragaku cukup untuk menyempurnakannya, karena ia terlalu sempurna. Tapi Tuhan bilang, "Tidak. Dia terlalu indah untuk jadi manusia".


 Oleh : Ruta, di Bumi

Salah naik bus itu sama seperti halnya menempati hati yang bukan tujuan akhirnya. Kalo dia bukan tujuan akhirnya, mungkin emang bukan dia orangnya.